Kalau kamu ditanya, “Kenapa harus berbakti sama orangtua?”;
“Kenapa kamu dilarang makan daging babi?”;
“Kenapa kamu harus saling memaafkan?”; atau
“Kenapa kamu gak boleh ghibah?”, kamu bakal jawab apa?
Jawabanmu benar! “Karena itu semua perintah Allah ﷻ.”
Bukan karena, “Orang tua udah ngerawat aku, makanya aku harus berbakti”. Bukan juga karena, “Daging babi banyak cacing pitanya yang berbahaya makanya aku gak boleh makan”. Bukan tentang, “Biar hatiku tenang, makanya aku ingin memaafkan”. Bukan juga tentang, “Karena ghibah kayak makan bangkai saudara, makanya gak boleh ghibah”.
Alasan-alasan itu gak salah, tapi ketika menjalani perintah Allah ﷻ dan menjauhi larangannya, yang semestinya pertama kali kita tanamkan kepada diri sendiri adalah “”sami’na wa atho’na””, yakni “”kami dengar dan kami taat””. Jadi, kita ngejalanin semua perintah Allah ﷻ karena kita memang ingin menjalani perintah-Nya, terlepas dari apapun hikmah (pelajaran) dari aturan yang ada.
”Katakanlah, ‘Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain’.”
(QS. Al-Isra ayat 88)
Belum tersingkapnya hikmah dari aturan Allah ﷻ, tidak berarti menghilangkan aturan-Nya dalam hidup kita. Pengetahuan manusia memiliki batas dibanding pengetahuan-Nya. Maka, tugas kita hanyalah taat terhadap apa yang termaktub dalam firman-Nya.”
Link Instagram:
https://www.instagram.com/p/CJLoe-jMN0w/