Kalau dipikir-pikir, seberapa banyak ya konsumsi kita di media sosial? Dan, antara konsumsi positif & negatif mana kira-kira yang lebih banyak?
Sering kali ‘scroll-menyecrol’ itu awalnya buat refreshing aja. Mencari hiburan agar tak boring bukan?
Eh tapi nih, seringkali kita kebablasan. Sampai lupa waktu dan sama sekali gak kerasa, “Eh, udah jam segini aja ya”.
Alhasil, konsumsi lalai itu yang lebih banyak kita telan.
Konsumsi lalai ini emang gak langsung kerasa efeknya. Tapi ketika kita terlalu lama gak sadarnya, diujung baru kerasa
“Eh, kok aku jadi gini ya? kok hidup jadi ngerasa hampa gini?”
Kadang juga, konsumsi lalai itu menjadi awal dari konsumsi negatif.
Yang sadar gak sadar, konsumsi negatif ini mempengaruhi pola pikir kita #LightSeekers.
Bahkan, kadang secara gak sadar juga, sosok-sosok ‘keren’ yang berseliweran di sana kita jadikan role model dalam kehidupan kita.
Hal ini terjadi ‘sedikit demi sedikit’ tanpa kita sadari.
Parahnya lagi, kebanyakan konsumsi negatif membuat pola pikir yang salah itu perlahan-lahan menjadi BENAR menurut pandangan kita.
Sama seperti sampah yang bau. Awalnya pasti kita merasa bau, namun saat kita terus berada disana, saat itu pula hidung kita mengatakan sampah itu gak bau sama sekali.
Memang, jika kita adalah si tanpa role model, maka kita akan mudah sekali terbawa arus.
Jika kita sebagai muslim tidak mengunci role model yang seharusnya kita pegang, maka kita akan sulit memilah antara konsumsi positif dan negatif.
Dan siapakah yang lebih baik kita jadikan role model selain Muhammad, Sang Rasulullah ﷺ.
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.”
(QS Al-Ahzab Ayat 21)
Link Instagram:
https://www.instagram.com/p/CTjzmzHhnqB/