Sahabat, aku selalu berusaha untuk mengingat kata-kata dari orang-orang yang sudah lama menyatukan hatinya dengan Al-Qur’an, bahwa menghafal itu bukan perjalanan singkat, melainkan perjalanan panjang sampai ujung usia.
“Ingin buru-buru hafal itu datangnya dari hawa nafsu..”, begitu yang kuingat salah satunya. Karena memang sesungguhnya hal terpenting dari menghafal Al-Qur’an bukan tentang kuantitas ayatnya, itu juga penting sebetulnya, tapi yang lebih penting adalah kuantitas waktu dan keistiqomahan hati untuk terus bersama Al-Qur’an.
Jujur, kadang suka merasa malu karena tertinggal jauh secara kuantitas dari mereka yang udah lebih dulu menghafal. Tapi kalo cuma berfokus dengan rasa malu dan enggan maju, akhirnya kita cuma bakal diem di tempat.
“Kalau dalam prosesnya rasanya berat, merasa jauh tertinggal, coba diingat lagi tujuan kita ngafalin Al-Qur’an itu buat apa? Buat banyak-banyakan? Buat keren-kerenan? Buat dulu-duluan? Enggak. Bukan buat itu. Tapi ini semua tentang keistiqomahan hati kita bersama Al-Qur’an sampai ujung usia kita.
Pelan-pelan aja, nikmatin prosesnya. Karena kalau fokusan kita adalah jumlah yang sudah dihafal, terus mereka yang sudah khatam hafalannya, masa selesai gitu interaksi sama Al-Qur’annya?
“Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar ayat 22)
“Menghafal sedikit dengan kuat lebih baik daripada menghafal banyak namun lemah” – Syeikh Abdullah bin Ali Basfar.
Walaupun kutipannya sangat menguatkan dan menenangkan, tapi itu bukan alasan untuk kita jadi bermalas-malasan dalam berprogress. Kejar target harus! Namun realistis dengan kemampuan kita, agar kita bisa menjalani proses menghafal ini dengan senang hati.
Link Instagram:
https://www.instagram.com/p/CJvu851M024/