Menjadi Muslim yang Gagal Miskin atau Terlanjur Kaya?

Berbicara tentang karunia harta, nampaknya memang tak mudah melewati fitnah yang satu ini.

Saking beratnya fitnah harta, maka sepertinya kita harus belajar kepada salah seorang sahabat Rasulullah ﷺ.

Sahabat ini berasal dari Bani Zuhra (suku ibunda Nabi ﷺ). Usianya 10 tahun lebih muda dengan baginda Nabi ﷺ.

Beliaulah seorang saudagar muda yang berislam melalui wasilah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Nama aslinya Abu Abduh.

Ya, dialah Abdurrahman bin Auf. Hijrahnya ke Habasyah dan Madinah meninggalkan seluruh hartanya di Madinah. Hanya ridho Allah ﷻ dan Rasul-Nya yang diharapkan.

Di Madinah beliau dipersaudarakan dengan Sa’ad bin Rabi’ oleh Rasulullah ﷺ.

Meski oleh saudara Ansharnya ini ditawarkan harta bahkan istri secara cuma-cuma, tak lantas beliau mau menerimanya. Beliau menjawab, “Aku adalah seorang pedagang, maka tunjukkan saja di mana letak pasar padaku.”

Pasar pun ditunjukkan dan tak butuh waktu lama bagi Abdurrahman bin Auf untuk mengatasi kekurangan harta bersebab hijrahnya itu.

Saking selalu gagalnya beliau menjadi seorang miskin, beliau pun mengeluh pada Ummul Mukminin, Ummu Salamah, “Wahai bunda, saya sangat kaya dan saya khawatir kekayaan ini akan menghancurkan saya, maka bagaimana ini?”

“Wahai anakku, infakkan hartamu, hal itu akan menyelamatkanmu.” Jawab Ummu Salamah.

Tanpa berfikir panjang, beliau langsung melaksanakan nasehat dari Ummul Mukminin tersebut.

Keberkahan hartanya bahkan mampu dirasakan oleh seluruh penduduk Madinah di masa Khalifah Utsman bin Affan.

Kekaguman Utsman bin Affan pada sahabatnya ini sempat membuat beliau ingin berwasiat bahwa ketika nanti beliau wafat, maka Abdurrahman bin Auf yang akan menggantikannya.

Mendengar hal itu, Abdurrahman bin Auf pun berdoa memohon kepada Allah ﷻ agar mewafatkan beliau sebelum Khalifah Utsman bin Affan. Dan doa itu pun terkabulkan. Sahabat yang gagal miskin ini wafat pada tahun 31 H, 5 tahun sebelum Utsman radhiyallahu ‘anhu wafat.

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”
(QS. Al-Kahfi ayat 46)

Kelak, hisab akan orang yang diamanahkan harta akan lama, maka hal ini pula yang menjadi motivasi Abdurrahman bin Auf untuk senantiasa berinfaq agar kelak hisabnya tak lama ataupun sulit.

Harta kita mungkin tak sebanyak Abdurrahman bin Auf, setengahnya pun tak sampai. Maka dengan alasan apalagi untuk enggan dalam menginfaqkan harta terbaik?

Link Instagram:
https://www.instagram.com/p/CN98PmrsydE/

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *