Mau sampai kapan kita kumpulkan buku, quotes, ataupun ikut seminar tentang tips menghafal Al-Qur’an. Tapi masih saja ragu untuk memulai perjalanan menghafalkan Al-Qur’an. Selalu merasa kurang percaya diri akan kemampuan yang ada.
Mau sampai kapan kita kita “hanya” terkagum dengan capaian menghafal Al-Qur’an orang lain. Sementara diri sendiri bahkan belum mengambil langkah pertama dan masih saja sibuk memilih waktu “Kapan ya baiknya aku mulai menghafal?”.
Mungkin sudah saatnya diri untuk berkata dengan tegas, “Bismillah, dengan bekal iman, tekad, pengetahuan dan keyakinan yang aku punya, aku akan mulai menuliskan lembar demi lembar episode perjuanganku yang sukses dalam menghafal Al-Qur’an.”
Aku siap untuk bangun di sepertiga malam untuk menyiapkan hafalan terbaik.
Siap untuk senantiasa meluangkan waktu dengan Al-Qur’an, sepadat apa pun agenda harian, tak ada alasan untuk memanjakan diri di balik kata ‘rehat sejenak’.
Siap untuk duduk lama atau apapun kondisinya untuk terus mengulang-ulang hingga terangkai dengan sempurna kata demi kata, ayat demi ayat, hingga juz demi juz.
Siap untuk berjuang total, tanpa kenal lelah.
Hingga satu demi satu ayat terasa begitu familiar pada lisan.
Hingga satu demi satu agenda harian mulai tertata rapi dengan sendirinya.
Hingga satu demi satu kelelahan itu justru yang lelah mengimbangi tekad membara dalam menghafal.
Hingga satu demi satu kebahagiaan terasa sebab kebersamaan dengan Al-Qur’an.
Sungguh, tekad dan perjuangan dalam membersamai Al-Qur’an ini begitu penting kita lakukan.
Sehingga pada saatnya nanti, kita dapat bercerita akan tekad dan perjuangan dalam membersamai Al-Qur’an hingga dibersamai Al-Qur’an dalam tiap aktivitas itu kepada anak cucu kita. Cerita yang penuh kebanggaan dan pelajaran dari orangtua mereka sebagai teladan dan energi untuk menatap panggung kehidupan.
Bukankah suatu kebahagiaan ketika kita mampu berbagi cerita dan rasa perjuangan itu kepada anak cucu kita?
Bukankah kebanggaan bagi mereka ketika melihat sosok pejuang itu adalah orang tuanya?
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.”
(QS. An-Nisa’ ayat 9)
Ketika membersamai Al-Qur’an, setiap tekad yang terbulatkan, usaha yang termaksimalkan dan peluh keringat yang menemani kelancaran ayat demi ayat pada lisan kita, bukanlah suatu hal yang sia-sia.
Semua itu pada saatnya kan menjadi mutiara hikmah yang akan kita bagikan pada anak cucu kita.
Nanti, pada saatnya kita kan begitu bangga dan bahagia menceritakannya pada mereka.
Memotivasi mereka bahwa mereka pun mampu menikmati hidup penuh berkah dengan dibersamai Al-Qur’an, bahkan mendapatkan capaian yang lebih dari orang tuanya dahulu.”
Link Instagram:
https://www.instagram.com/p/CHxipKEsXPI/