Dalam kehidupan ini, kita sebetulnya adalah integrasi dari setiap doa—baik diri sendiri maupun orang lain—yang dilangitkan.
Entah bagaimana caranya, asal ada keyakinan seratus persen kepada Sang Pencipta, dunia ini pasti bekerja sesuai perintah Rabb-nya untuk mewujudkan doa yang pernah kita pinta.
Terkadang rasanya sulit masuk akal melihat bagaimana ‘dunia bekerja’ untuk setiap doa yang pernah kita sampaikan kepada Tuhan kita.
Tapi begitulah, ketundukkan hati dalam berdoa kepada-Nya, menuntut kita untuk ‘melepaskan logika’. Sebab terwujudnya doa-doa kita, seringnya lewat cara-cara yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Pada akhirnya, kita hanya bisa menangis penuh haru karena rasa syukur yang tak dapat digambarkan dengan kata-kata betapa baiknya Sang Maha Kuasa, telah mengizinkan doa kita terwujud; baik cepat atau lambat.
Misalkan saja ketika di pagi hari, kita meminta kepada-Nya untuk bisa makan makanan yang kita inginkan.
Lalu Ia mewujudkannya dengan mempertemukan kita kepada orang yang di pagi harinya ternyata telah berdoa ingin bisa berbagi kepada orang lain.
Begitulah doa kita saling terhubung lewat jalan yang mungkin tak kita pahami.
Dalam dunia ini, kita tak mampu menguasai apapun, sekecil apapun.
Maka doa-doa yang kita sampaikan, sebetulnya bukan hanya tentang hal-hal yang kita anggap besar saja, melainkan juga urusan yang kita anggap remeh temeh pun juga seharusnya menjadi bagian dari doa yang kita rapalkan.
Sesederhana, “Ya Allah semoga hari ini di bis jalanannya gak macet.”
Di jalan protokol Ibukota rasanya tidak mungkin. Tapi kalau Dia telah berkehendak, Dia bisa membuat satu momen di saat kita berada dimana jalanan menjadi lengang sementara; dan mungkin saja kita dipersatukan di dalam bis bersama orang-orang yang memiliki doa yang sama seperti kita.
“Jika hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang-Ku, maka ‘Aku adalah dekat. Aku akan mengabulkan permohonan orang yang berdoa jika ia memohon
kepada-Ku.'”
(QS Al-Baqarah ayat 186)
Link Instagram:
https://www.instagram.com/p/CQbCGfNMHKI/