Lights Personal Life of Imam Syafi’i
Semangat Berilmu Sang Imam Madzab
Abu Abdullah Muhammad bin Idris al-Syafi’i atau akrab dipanggil Imam Syafi’i lahir di Gaza, Palestina, 150 H.
Ia masih tergolong kerabat Rasulullah ﷺ, termasuk dalam Bani Muthalib.
Ayahnya wafat saat ia berumur 2 tahun. Lalu, sang ibu membawanya ke Mekkah. Ia tumbuh besar disana dan membantu ibunya mencari rezeki.
Namun siapa sangka, anak yatim itu memiliki kecerdasan yang luar biasa. Ia pandai berbahasa Arab, menguasai ilmu sastra, dan menghafal syair-syair Arab. Ia juga gemar membaca dan menghafal Al-Qur’an serta melantunkannya ketika menggembalakan ternak.
Melihat kemampuan Syafi’i kecil, Sang ibu mengirimkannya ke Al-Kuttab, sekolah termahsyur untuk menghafal Al-Qur’an pada zaman itu.
Sang ibu memohon kepada sang guru untuk menerima anaknya, walau ia tak punya uang sepeser pun untuk menebus kebersediaan sang guru. Melihat kesungguhan hati ibu dan Imam Syafi’i, sang guru pun menerimanya.
Imam Syafi’i dengan mudah menghafal ayat-ayat yang dibacakan oleh gurunya. Syafi’i kecil juga menggunakan waktu senggangnya untuk membaca Al-Qur’an. Sampai di usia 7 tahun, ia berhasil menghafal Al-Qur’an dengan sangat sempurna.
Setelah itu, Imam Syafi’i memutuskan untuk mendalami ilmu lainnya, yakni fiqih. Gurunya sangat senang anak didiknya bisa memahami fiqih dari sudut pandang yang luas. Maka, pada usia 15 tahun, Syafi’i diizinkan mengeluarkan fatwa.
Imam Syafi’i lanjut mempelajari ilmu bahasa Arab dan syair-syair. Lalu memutuskan mengembara ke Madinah dan menjadi murid Imam Malik sampai sang guru wafat pada tahun 179 H.
Ia pun melanjutkan proses belajarnya pada ulama-ulama lain, seperti Ibrahim bin Abu Yahya, Abdul Aziz ad-Darawardi, Athaf bin Khalid, Ismail bin Jafar, dan sejumlah ulama lainnya.
Setelah melalang buana dan namanya sudah mahsyur sebagai seorang ahli fiqih, ia mulai mengajar di Mekkah lalu lanjut ke Irak. Ia berdakwah, menebar ilmu, dan menulis sejumlah kitab, termasuk besarnya Ar-Risalah.
Setelah bertahun-bertahun memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap Islam, Allah ﷻ menyudahi bakti beliau di dunia. Imam Syafi’i wafat di usia 54 tahun karena penyakit wasir yang bertambah parah.
#LightSeekers, perjalanan hidup Imam Syafi’i sebagai hamba Allah ﷻ yang total mendedikasikan hidupnya untuk mereguk ilmuNya telah menjadi inspirasi besar bagi umat Islam seluruh dunia sepanjang zaman. Madzhabnya pun banyak diikuti kaum muslimin, termasuk mayoritas muslim di Indonesia.
Maka, semangatlah dalam menuntut ilmu. Semangatlah menjadi ahli di bidang yang kita geluti. Hingga ilmu yang kita raih, dapat bermanfaat untuk sebanyak-banyaknya orang bahkan melintasi zaman.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak sholeh yang berdoa baginya”.
(HR. Muslim)
Link Instagram:
https://www.instagram.com/p/CKoP8SiMO0I/