Lights Personal Life of Buya Hamka
Hasilkan mahakarya dari balik jeruji penjara
Buya Hamka:
“Setiap yang ada di dalam dunia ini akan lenyap, dan yang kekal hanyalah wajah Allah, yang mempunyai keagungan dan kemuliaan.”
Siapa yang tidak mengenal Buya Hamka?
Salah satu ulama besar yang pernah dimiliki oleh Indonesia. Banyak hikmah dalam lembaran hidup beliau. Termasuk kemesraan beliau dengan Al-Qur’an.
Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau biasa kita akronimkan dengan HAMKA dilahirkan pada tahun 1908 dan wafat pada 1981. Ia aktif menulis. Ia adalah orang Indonesia kedua, setelah Ir. Soekarno yang menerima anugerah Doktor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar pada tahun 1960-an di bidang pemikiran Islam.
Hamka adalah sosok ulama yang sangat dekat dengan Al-Qur’an. Menurut penuturan salah seorang anaknya, Irfan Hamka beliau sangat kuat membaca Al-Qur’an. Durasi membacanya bisa mencapai 2-3 jam. Ia tidak akan berhenti membaca Al-Qur’an sebelum mengantuk.
Dalam hidupnya, ia beberapa kali mengalami masa menyedihkan. Pertama, saat istrinya wafat. #LightSeekers tahu apa yang beliau lakukan? Beliau semakin intens dengan membaca Al-Qur’an, khatam 6-7 kali dalam sebulan. Beliau menuturkan ini adalah cara mengatasi kesedihannya dan agar cintanya kepada sang istri tidak memalingkannya kepada Allah ﷻ.
Kedua, pada tahun 1964-1966 Hamka dimasukkan ke dalam penjara atas suatu tuduhan (yang tidak ada buktinya hingga kini). Namun, masa itu membuatnya lebih menentramkan diri dengan membaca dan mentafsir Al-Qur’an. Dan di sinilah terbit karya monumentalnya, Tafsir Al-Azhar.
28 Juz Tafsir Al-Azhar beliau buat di dalam penjara selama 2 tahun, sedangkan 2 juz lainnya juz 18 dan juz 19 sudah beliau tulis sebelum beliau dimasukkan ke penjara.
Selain gigih membaca dan mengkaji, beliau juga menekankan pentingnya mengamalkan isi Al-Qur’an. Dalam pembukaan Tafsir Al-Azhar, beliau menyatakan, “Maka oleh sebab Al-Qur’an adalah bacaan, seyogianyalah bagi orang yang beragama Islam memfasihkan bacaannya, dan mendidik lidah anak-anaknya, menyerahkan anak-anak pada guru-guru yang fasih membacanya, sebab Al-Qur’an untuk dibaca dan diamalkan. Sebab Al-Qur’an itulah yang telah membentuk kebudayaan dan pedoman hidup penganut Islam, yang ditegakkan di atas budi, memperluas perasaan, memperkaya ingatan dan melemah-lembutkan ucapan lidah”.
#Lightseekers, sungguh kehidupan Buya Hamka tidaklah jauh dari Al-Qur’an. Ketika kita sudah mencintai Al-Qur’an, dalam kondisi apapun, Al-Qur’an yang akan menentramkan, Allah ﷻ yang akan memastikan segalanya akan baik-baik saja.
Mari merajut kedekatan kembali dengan kalamNya, seraya mengucap doa,
“Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, (QS. Asy-Syu’ara’ ayat 83)”
Link Instagram:
https://www.instagram.com/p/CHsfx8fsSd_/