Kamukah orang yang tak bisa jauh-jauh dari Al-Qur’an?
Atau kamukah orang yang sedih karena ketika haidh tidak bisa tilawah?
Lalu suatu hari kamu dikejutkan oleh seorang wanita yang kamu tahu sedang haidh, namun dia memegang mushaf.
Terkejut bukan?
Kekepoan pun timbul pada diri, tak berani menanyakan, namun berani menyalahkan tindakan saudarimu itu.
Jika kamu memiliki prinsip untuk tidak memegang Al-Qur’an ketika haidh.
Jika mereka memiliki prinsip untuk tetap memegang Al-Quran ketika haidh.
Dan jika dari mereka ada yang memiliki prinsip untuk tetap memegang Al-Qur’an (mushaf).
Apakah kamu berani untuk menyalahkan prinsip mereka, sedang yang menyedihkan adalah ternyata kurangnya ilmu yang kamu miliki.
Hingga ketika mereka menjabarkan dasar dari prinsip mereka, kamu pun malu dengan diri bersebab lemahnya ilmu.
“(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu maha luas ampunan-Nya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.”
(QS. An-Najm ayat 32)
Manusia mulia dengan adab dan ilmu, maka beradablah yang baik, karena adab adalah cerminan dari ilmu.
Kadang yang kita lihat sering tak sesuai dengan prinsip kita, namun luaskan dada untuk mencoba mendengar dasar yang menjadi landasan amal mereka.
Link Instagram:
https://www.instagram.com/p/CUfJrC7h1JL/