*bacanya sambil buka mushaf yuk!
Apa yang akan #LightSeekers lakukan jika ada orang yang pernah berbuat dzalim kepada #LightSeekers tetiba datang ke rumah?
Mengusirnya atau Menjamunya?
Atau misalnya pura-pura tidur 1000 tahun demi ga menemuinya?
Pilihan yang cukup berat, hawa nafsu kita terlalu kuat untuk nyuekin (kadang). “Terlanjur sakit hati akutuh”.
Tapi bukankah, dipostingan sebelumnya tentang “Menjadi ‘Ibadurrahman” dijelaskan hamba yang rahman (pengasih) itu hamba yang memaafkan kesalahan orang lain dan memberi balasan berupa do’a dan pelayanan terbaik?
Dan ya, itu juga yang menjadi pilihan Nabi Yusuf a.s ketika dipertemukan dengan para suadaranya, Menjamu mereka dengan sangat baik, ga pura-pura tidur ala-ala kita (aku) :’)
وَلَمَّا دَخَلُوْا عَلٰى يُوْسُفَ اٰوٰٓى اِلَيْهِ اَخَاهُ قَالَ اِنِّيْٓ اَنَا۠ اَخُوْكَ فَلَا تَبْتَىِٕسْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Dan ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, dia menempatkan saudaranya (Bunyamin) di tempatnya, dia (Yusuf) berkata, “Sesungguhnya aku adalah saudaramu, jangan engkau bersedih hati terhadap apa yang telah mereka kerjakan”
(QS. Yusuf ayat 69)
Setelah para saudara Nabi Yusuf a.s masuk, mereka disambut dan diberikan jamuan, lalu dipersilakan duduk berpasangan dalam kamar diruangan yang berbeda, exclusive bukan main!
Sayangnya, Bunyamin, dia tak punya pasangan. Seketika Bunyamin bersedih mengingat kakaknya (Yusuf) dan menangis seraya berkata, “Sekiranya saudaraku, Yusuf masih hidup, tentulah raja akan mendudukan aku bersamanya.”
Terus gimana nasib Bunyamin?
Lanjut dibaca>>
Yusuf as yang mendengar hal itu lalu menempatkan Bunyamin dalam satu ruangan dengannya. (Emang udah strategi cerdasnya Nabi Yusuf sih gaes)
Kemudian, saat tidak ada lagi orang lain kecuali keduanya, Yusuf as pun menangis, lalu bangkit berdiri dan memeluk Bunyamin, seraya berkata kepadanya, “Sesungguhnya aku adalah saudaramu, jangan engkau bersedih hati terhadap apa yang telah mereka kerjakan”, sambil meminta Bunyamin untuk merahasiakan dari kakak-kakaknya
Sebuah kalimat yang terlontar dari Nabi Yusuf as :
“Sesungguhnya aku adalah saudaramu…”
Setelah sekian lama dipisahkan, Nabi Yusuf memeluk erat ditandai dengan kata “”aawa”” dalam ayat tersebut, sambil bergumam demikian. Akhirnya dua saudara dipertemukan 🙂
Keterkaitan persaudaraan merupakan keterkaitan kemanusiaan yang sangat tinggi. Eksistensi keterkaitan ini merupakan kelezatan iman seperti yang disabdakan Rasulullah SAW, “Tiga sifat yang jika ada pada seseorang dia akan merasakan kelezatan iman: Barangsiapa yang Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selainnya, apabila dia mencintai seseorang ia hanya mencintainya karena Allah dan hendaknya ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam api neraka.”
(Mutafaqqun ‘Alaih)
Jadi ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah dalam Surah Yusuf ayat 69 ini kurang lebih adalah :
1. Berlaku rahmah terhadap yang baik terhadap kita maupun yang telah mendzalimi (sengaja maupun tak disengaja)
2. Membangun persaudaraan dengan landasan cinta karena Allah Ta’ala
3. Keharusan merahasiakan sesuatu untuk menghindari fitnah
Link Instagram:
https://www.instagram.com/p/CD3roxxMjPq/